Pendarahan postpartum merupakan proses normal di
mana tubuh manusia membersihkan diri setelah kehamilan.
Seorang wanita yang melahirkan akan mengalami kehilangan darah.
Baik dalam persalinan normal maupun caesar, kehilangan darah akan terjadi dalam
jumlah yang normal. Namun, kadang-kadang sejumlah besar perdarahan terjadi dan
dapat berdampak buruk pada ibu dari anak yang baru lahir. Tanda-tanda
kehilangan darah yang parah selama persalinan termasuk demam dan menggigil,
infeksi, anemia, dan bahkan kekurangan oksigen ke otak.
Beberapa penyebab pendarahan setelah melahirkan
antara lain atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir dan
koagulopati (gangguan pembekuan darah).
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut
otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan
penyebab pendarahan postpartum yang paling penting dan biasa terjadi segera
setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat
menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok
hipovolemik.
Retensio plasenta, yaitu tertahannya atau belum
lahirnya plasenta hingga lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir
sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi
uterus.
Laserasi/robekan jalan lahir yang berupa
robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Hal ini dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak apabila tidak segera ditanggulangi.
Penyebab pendarahan setelah melahirkan
selanjutnya bisa jadi rahim terenggang terlalu besar, pada kasus bayi terlahir
dengan berat badan lebih dari 4 kg, kehamilan kembar, air ketuban yang meningkat 10 kali.
Kadang-kadang perdarahan ini tidak dapat
dihindari dan kadang-kadang terjadi karena kelalaian dari seorang dokter yang
tidak bertanggung jawab atau profesional medis lainnya. Jika malpraktik medis
adalah alasan terjadinya perdarahan, kompensasi mungkin tersedia untuk para
korban. Jadi, akan lebih baik jika Anda mengetahui lebih dulu apa penyebab
pendarahan setelah melahirkan.
0 komentar:
Posting Komentar