Rabu, 20 Februari 2013

Pengukuran Suhu Tubuh pada Penderita Demam


Suhu tubuh dalam fungsi optimalnya menetap pada rentang sempit, suhu tubuh orang dewasa normal rata-rata adalah 37°C. Tidak ada suhu tunggal yang normal bagi masing-masing individu, karena tergantung pada faktor lingkungan.

Panas secara normal diproduksi oleh tubuh dalam empat cara:
  • Suatu proses konstan dengan metabolisme basal --> 55% - 60% energi tubuh seseorang digunakan untuk produksi panas.
  • Latihan meningkatkan kerja otot --> meningkatkan mebolisma --> produksi panas meningkat.
  • Sekresi hormone tiroid --> meningkatkan pemecahan lemak glukosa --> meningatkan produksi panas.
  • Saat gula darah turun --> merangsang saraf simpatis --> merangsang epinefrin dan norephinefrin --> meningkatkan produksi panas.

Suhu tubuh hilang melalui empat cara, dan gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hipertermia atau demam.
  • Suhu hilang melalui proses radiasi --> Di mana perpindahan panas dari permukaan suatu obyek ke obyek lain tanpa ada kontak langsung.
  • Suhu hilang melalui konduksi --> Perpindahan panas dari suatu obyek dengan cara kontak langsung.
  • Suhu hilang akibat proses konveksi --> Udara tubuh sekitar kulit mengalir ke udara yang lebih dingin.
  • Suhu hilang melalui proses evaporasi --> Kehilangan panas melalui penguapan lewat keringat.

Tubuh secara normal mempertahankan keseimbangan antara produksi dan kehilangan suhu melalui system pengendali suhu.
  • Hiphotalamus bekerja sebagai sebuah thermostat --> dilakukan oleh hypothalamus posterior yang sensitive terhadap suhu di bawah temperature normal, dan hipothalamus anterior yang peka terhadap suhu di atas normal.
  • Arterior di kulit --> melakukan vasokontriksi bila suhu di bawah normal, dan vasodilatasi bila suhu di atas normal.
  • Kelenjar keringat --> bila suhu di bawah normal kelenjar keringat akan mengurangi produksi keringat, bila suhu di atas normal kelenjar keringat akan meningkatkan produksi keringat.
  • Erector muscle --> melaksanakan konteraksi  otot halus bila dingin sehingga bulu-bulu merinding, dan relaksasi bila suhu panas sehingga bulu-bulu datar.
  • Otot skeletal --> pengaturan kerja volunteer dan involunter bila suhu di bawah normal menggigil dan loncat-loncat, bila suhu di atas normal kerja volunteer dengan kipas-kipas atau lainnya.
  • Kelenjar endokrin --> bila suhu di bawah normal hormone ephinefrin dan tiroid akan memecahkan lemak untuk meningkatkan metabolisme, bila suhu di atas normal metabolisme dikurangi.

Suhu tubuh diatur seluruhnya oleh mekanisme persarapan umpan balik semua mekanisme terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hypothalamus.

Mekanisme penurunan temperature bila tubuh terlalu panas:
  • Vasodilatasi pembuluh darah kulit --> Semua area dalam tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi kuat, sehingga vasodilatasi penuh meningkatkan pemindahan panas ke kulit. Hal ini disebabkan oleh hambatan pusat simpatis di hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi.
  • Berkeringat --> Peningkatan kecepatan kehilangan panas melalui evaporasi yang dihasilkan dari berkeringat. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C, menyebabkan pengeluaran keringat cukup banyak untuk membuang 10x kecepatan pembentukan panas basal.
  • Penurunan pembentukan panas --> Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebih, seperti menggigil dan termogenesis kimia, di hambat dengan kuat.

Mekanisme peningkatan temperature saat tubuh terlalu dingin:
  • Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh --> Hal ini disebabkan oleh rangsangan dari pusat simpatis hipotalamus posterior.
  • Piloereksi --> Yang berarti “berdiri pada akarnya” --> Rangsangan simpatis menyebabkan arektor pili yang melekat ke folikel rambut berkontraksi, sehingga rambut berdiri tegak, walaupun mekanisme ini pada manusia tidak berpengaruh, pada hewan memungkinkan untuk membentuk lapisan tebal “isolator udara” yang bersebelahan dengan kulit, sehingga pemindahan panas ke lingkungan sangat  ditekan.
  • Peningkatan pembentukan panas --> Pembentukan panas oleh system metabolisme meningkat dengan memicu terjadinya menggigil, rangsangan simpatis untuk pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.

Pengukuran Suhu Tubuh Pada Penderita Demam (Hipertermia)
Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature =38,0°C atau oral temperature =37,5°C atau axillary temperature =37,2°C. Pirogen seperti bakteri, virus dan antigen tertentu dapat meningkatkan suhu tubuh dengan meningkatkan set point di hypothalamus.

Demam merupakan suatu kondisi kegagalan pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) akibat ketidakmampuan tubuh melepaskan / mengeluarkan panas (misal pada heat stroke) atau produksi panas yang berlebihan oleh tubuh dengan pelepasan panas dalam laju yang normal.

Pathofisiologi demam
Infeksi atau peradangan --> fagositosis oleh netrofil --> mengeluarkan zat pyrogen endogen --> merangsang prostaglanding --> meningkatkan set point di hypothalamus --> mengawali respon dingin --> produksi panas meningkat, pengurangan panas menurun --> suhu tubuh mengikuti set point baru --> demam.

Respon fisiologi dari demam meliputi hal-hal berikut ini:
  • Produksi dan penyimpangan panas melalui vasokonstriksi, gemetar dan piloereksi.
  • Meningkatkan metabolisme dan kebutuhan oksigen.
  • Meningkatkan kecepatan jantung dan respirasi.
  • Gelisah dan disorientasi bila kebutuhan oksigen tidak terpenuhi.

Pengkajian
Saat memeriksa klien demam:
  • Inspeksi dan palpasi kulit untuk mengetahui suhu, kelembaban dan turgor.
  • Tanyakan apakah klien mengalami sakit kepala, mialgia, menggigil, mual, kelemahan, kelelahan, anoreksia atau fotopobia.
  • Catat muntah atau diare, observasi prilaku seperti kebingungan, disorientasi dan kegelisahan.
  • Inspeksi kondisi mukosa mulut untuk adanya penebalan, lesi dan penurunan salivasi.

Alat khusus
Alat-alat berikut ini digunakan dalam memeriksa suhu tubuh:
  • Air raksa dalam thermometer kaca.
  • Thermometer elektronik dengan plastic penutup pelindung sekali pakai digunakan oral atau rectal.
  • Thermometer sekali pakai, thermometer pemakaian tunggal dapat digunakan untuk pengukuran suhu oral atau ditempelkan pada kulit.

Persiapan
Pilihlah sisi pengukuran yang paling cocok berdasarkan pada umur, daerah yang dapat diukur atau kondisi klinis.
  • Oral --> paling mudah dilakukan, hasil pembacaan akurat. Tidak cocok digunakan pada klien seperti bayi, anak atau klien tidak sadar dan mengalami pembedahan mulut.
  • Rektal --> Pembacaan hasil lebih akurat, digunakan pada bayi.
  • Ketiak --> Aman tidak mengganggu.

Persiapan klien:
  • Berikan klien posisi yang tepat.
  • Jelaskan prosedur dan kegunaannya.
  • Sediakan semua alat dan bahan.
  • Cuci tangan dan gunakan tehnik aseptic.
Catatan : gunakan sarung tangan sekali pakai pada tangan yang dominant untuk mengukur suhu oral dan rectal.

Pengukuran oral:
  • Gunakan sarung tangan sekali pakai.
  • Pegang thermometer air raksa pada bagian belakang yang sitandai warna / puncak batang thermometer.
  • Cuci dalam air dingin, keringkan thermometer dengan tisu dari ujung kaca kearah jari dengan gerak rotasi.
  • Baca tingkat air raksa. Tempatkan thermometer di bawah lidah klien dalam kantung sublingual, lateral ke tengah rahang.
  • Minta klien untuk menahan thermometer dengan bibir (hindari dari gigitan).
  • Biarkan thermometer di tempat tersebut untuk pembacaan yang akurat (thermometer kaca  2 sampai  3 menit tergantung pada kebijakan RS).
  • Keluarkan thermometer dengan hati-hati, lap bersih, bacalah tingkat air raksanya
  • Turunkan lagi thermometer dan simpan dengan baik atau kembalikan ketempat penyimpangan.

Pengukuran suhu rectal:
  • Periharalah privasi klien dengan tirai atau pintu tertutup, atau posisi. gunakan sarung tangan.
  • Cuci, bersihkan dan turunkan thermometer dengan tehnik yang sama dengan pengukuran oral.
  • Pasang pelindung rectal, lumasi ujung tabung dengan pelican 1 sampai 1,5 inci.
  • Buka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan yang dominant. Masukan perlahan thermometer ke dalam anus ke arah umbilicus 1,5 inci pada dewasa dan 0,5 inci pada bayi.
  • Biarkan thermometer selama 2  menit untuk pembacaan yang akurat.
  • Keluarkan thermometer dan lap bersih dengan gerak rotasi, lap area anal untuk membersihkan pelumas atau faeses.
  • Baca tingkat air raksa, bantu klien ke posisi yang nyaman.
  • Cucilah thermometer dalam air sabun hangat dan bilaslah dalam air dingin dan kembalikan penutup ketempatnya, keringkan dan simpan kembali  pada  tempatnya.

Pengukuran ketiak:
  • Jaga privasi klien dengan tirai atau pintu tertutup.
  • Bilaslah thermometer kaca air raksa dalam air dingin, dilap bersih dan turunkan.
  • Buka pakaian atau gaun bahu dan lengan, masukkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan klien, dan silangkan lengan bawah klien.
  • Biarkan termometer di tempat untuk pembacaan yang akurat 5-10 menit.
  • Angkat thermometer dan lap bersih dengan garakkan rotasi, bacalah tingkat air raksa.
  • Turunkan thermometer dan kembalikan ke tempat penyimpanan, cuci tangan.
  • Dokumentasikan.

Suhu tubuh normal :
  • Bayi baru lahir : 36 – 37,2°c (axilla)
  • 3 tahun : 36,4 – 37°c (axilla)
  • 10 tahun : 36,4 – 37°c (oral)
  • 16 tahun : 36,4 – 37°c (oral)

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates