Rabu, 20 Februari 2013

Masalah yang Sering Dijumpai pada Bayi Baru Lahir

Memiliki bayi memang sangat menyenangkan dan juga menegangkan, apalagi bayi pertama kali. Perasaan takut atau khawatir tidak bisa mengurus bayi kecilnya, banyak dialami ibu-ibu muda, apalagi jika tidak ada anggota keluarga lain yang mendampinginya. Jika masih ada ibu atau mertua, mungkin masih bisa tenang karena ada orang untuk ditanya.

Berbagai masalah, terutama masalah kesehatan, sering dijumpai pada bayi yang baru lahir. Jika si ibu bayi tidak tahu suatu masalah pada bayi, sebaiknya jangan mencoba menangani masalah itu sendirian, tanyalah pada orang yang sudah berpengalaman (mungkin ibu, atau saudara) atau bidan dan petugas kesehatan lainnya. Bayi sangat sensitif, jika penanganan tidak tepat, bisa-bisa membahayakan bayi itu sendiri. Jangan panik dan jangan ragu untuk bertanya.

Berikut adalah beberapa masalah yang sering dijumpai pada bayi yang baru lahir:

1. Buang air besar dan buang air kecil pada hari – hari pertama

Sekitar 95 % bayi kencing dalam 24 jam pertama dan mengeluarkan mekonium (feses yang pertama keluar berwarna hijau kehitaman) dalam 24 jam pertama. Sebagian besar bayi akan kencing segera setelah ia lahir dan kemudian tidak kencing atau hanya 2-3 kali buang air kecil dalam 24 jam selama 3 hari pertama. Bila dalam 24 jam bayi belum BAK atau belum buang air besar, perlu mendapat perhatian khusus. Evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan dan rujukan bila perlu.

Pada akhir minggu pertama bayi akan buang air kecil 5-6 kali per hari dan 3-4 kali buang air besar per hari dengan konsistensi tinja mulai seperti pasta gigi dan warna mulai kekuningan. Namun buang air besar pada bayi ASI eksklusif sesungguhnya sangat bervariasi dalam hal frekuensi dan warna. Kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan sama sekali sepanjang bayi tetap aktif, dapat menangis kuat dan menyusu dengan baik.

2. Bayi rewel
Bayi rewel atau menangis tidak selalu karena lapar. Rewel bisa disebabkan mengompol, kepanasan / kedinginan, terlalu lelah atau ingin tidur, ingin ditimang atau mendengar suara ibunya, merasa sendiri, atau memang ada yang tidak nyaman/nyeri pada tubuhnya. Terkadang kandungan susu sapi (susu, biskuit, roti dan lainnya) atau kafein (teh, kopi, coklat) pada makanan/ minuman ibu juga dapat menjadi penyebabnya. Susu sapi memicu alergi, sementara kafein dapat membuat bayi sulit tidur dan gelisah.

Cari penyebab bayi rewel, berikan dukungan dan rasa percaya diri pada ibu. Jika bayi terlalu rewel hingga sulit untuk menyusu, cobalah beberapa hal berikut:
  • Lakukan evaluasi kondisi bayi berdasarkan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda). Yakinkan bayi tidak menderita suatu penyakit.
  • Letakkan bayi di dada ibu, lakukan kontak kulit dengan kulit sesering dan selama mungkin.
  • Mandikan bayi dan bermain bersamanya.
  • Pijat bayi (ayah dan ibu melakukan pijat bayi sendiri).
  • Dengarkan musik bersama atau menyanyikan lagu untuk buah hati.

3. Bayi kolik
Bayi kolik ditandai dengan tangisan bayi begitu keras tanpa sebab yang jelas dan amat sulit ditenangkan disertai gerakan bayi menekukkan kakinya ke arah perut atau berusaha menggerakkan/mengangkat punggungnya. Kolik kerap dikaitkan dengan masalah pada saluran cerna bayi, alergi makanan atau masalah psikologis bayi dan keluarga. Bila pada pemeriksaan semua hal didapati dalam batas normal, tangisan akan berkurang pada usia 3 bulan dan akhirnya akan menghilang dengan sendirinya. Pertumbuhan bayi kolik umumnya normal.

Untuk mengatasi kolik pada bayi, dapat dilakukan hal-hal berikut:
  • Lakukan evaluasi kesehatan bayi secara umum, riwayat kehamilan dan persalinan, saat dan lama bayi menangis, pola buang air besar dan feses bayi, penilaian menyusui, pola makan ibu, riwayat alergi pada keluarga serta bagaimana reaksi orangtua pada tangisan bayi.
  • Dukung dan tumbuhkan rasa percaya diri ayah dan ibu. Kepanikan orangtua hanya akan membuat bayi lebih sulit untuk tenang.
  • Ayah dan ibu dapat membantu membuat bayi nyaman (lihat gambar cara menggendong bayi kolik), tanggap dan cepat merespon kondisi bayi, menyusui sesuai petunjuk alami dari bayi dan tetap tenang.
  • Meminta bantuan dari anggota keluarga yang lain untuk membantu mengurus bayi dapat dilakukan agar ayah dan ibu juga punya waktu untuk beristirahat.
  • Bila ada masalah alergi makanan, tentu pencetus alergi harus dihindari.
  • Bila ada masalah pada saluran cerna bayi (gumoh berlebih atau diare), maka masalah tersebut harus diatasi sesuai dengan pedoman.

4. Gumoh
Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan. Gumoh bukan muntah. Gumoh yaitu keluarnya sebagian isi lambung tanpa didahului rasa mual dan tanpa peningkatan tekanan dalam perut bayi. Isi lambung mengalir keluar begitu saja. Bayi kurang bulan umumnya lebih sering mengalami gumoh dibanding bayi cukup bulan.

Gumoh terjadi karena:
  • Lambung bayi masih berada dalam posisi agak mendatar, belum cukup tegak seperti posisi lambung pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.
  • Sebagian lambung bayi masih berada pada rongga dada.
  • Besar lambung yang relatif kecil.
  • Fungsi penutupan mulut lambung dan esofagus (saluran cerna atas) belum sempurna.

Ukuran, letak, posisi, dan fungsi lambung akan membaik seiring dengan bertambahnya usia sehingga gumoh pun akan berkurang dan menghilang. Secara umum, gumoh mulai berkurang sekitar usia 6 bulan.

Namun, gumoh perlu dievaluasi lebih lanjut dan dirujuk jika:
  • Bayi mengalami kolik yang tidak teratasi,
  • Bayi tidak mau / sulit menetek namun penyebabnya tidak jelas,
  • Berat badan bayi tidak meningkat sesuai kurva pertumbuhannya,
  • Terdapat batuk lama yang tidak jelas penyebabnya,
  • Terdapat darah dalam cairan gumoh yang keluar.

Cara mengatasi gumoh pada bayi, dapat dilakukan hal-hal berikut:
  • Menyusui hanya pada satu payudara. Payudara yang lain digunakan untuk menyusui pada kesempatan berikutnya, kecuali bayi masih menunjukkan keinginannya untuk menyusu lagi.
  • Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi berdiri menghadap dada ibu dan diberi tepukan ringan pada punggung bayi selama beberapa saat. Proses penyendawaan kadang diikuti dengan bunyi khas yang timbul akibat gerakan peristaltik esofagus, tetapi hal ini tidak harus terjadi.
  • Setelah selesai menyusu, bayi diletakkan/digendong dengan posisi kepala lebih tinggi dari kaki sekitar 300 - 450.
  • Tidak mengayun/mengoyang/memijat bayi (terutama daerah perut)/melakukan senam bayi sesaat setelah bayi menyusu.

5. Hidung tersumbat
Hidung tersumbat adalah keluhan yang umum dijumpai sehari-hari pada usia 0-3 bulan. Bayi mutlak bernapas melalui hidung, sehingga sedikit saja ada sumbatan di lubang hidungnya yang masih amat kecil itu, maka gejala hidung tersumbat akan segera terdengar.

Hidung tersumbat dapat disebabkan oleh pilek yang sebagian besar disebabkan oleh virus atau peradangan ringan akibat polusi udara (asap rokok, asap dalam rumah). Virus bersifat self limitted disease atau sembuh sendiri.

Mengatasi hidung tersumbat:
  • Lakukan evaluasi dan klasifikasi berdasarkan MTBM.
  • Tidak perlu antibiotik dan tidak ada terapi khusus yang diperlukan.
  • Satu atau dua tetes ASI atau air garam steril pada tiap lubang hidung dapat membantu mengurangi dan mengencerkan lendir hidung yang menyumbat.
  • Hal lain tentang hidung tersumbat pada bayi adalah terkadang kita tidak mendapatkan pilek pada bayi, namun ketika menyusu terdengar suara seperti hidung yang tersumbat. Kondisi ini tidak membutuhkan pertolongan khusus. Seiring dengan usia hidung dan saluran napasnya akan membesar dan dapat mengimbangi jumlah cairan yang secara normal dihasilkan saluran napas sehingga keluhan tersumbat akan menghilang.

6. Cradle cap (Kerak Topi)
Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat juga terjadi pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi tampak dilapisi oleh lapisan kerak yang cukup tebal dan berminyak. Kadang kerak dapat juga dijumpai pada bagian kulit lain sepeti pada wajah, telinga, leher dan ketiak. Umumnya tidak gatal dan bayi tidak merasa terganggu.

Kelainan kulit ini penyebabnya pada sebagian besar kasus tidak diketahui dan akan menghilang dengan sendirinya. Penggunaan sampo secara rutin dapat mengurangi lapisan kerak yang terbentuk dan mempercepat proses penyembuhan. Bila kerak cukup tebal dapat digunakan sampo yang mengandung bahan anti-ketombe. Bila kerak tidak membaik setelah 2 minggu atau kerak disertai dengan rasa gatal / nyeri atau meluas bayi perlu dirujuk.

7. Mongolian spot (bercak kebiruan)
Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada daerah bokong, punggung bagian bawah dan pundak. Bercak ini akan menghilang (berubah menjadi seperti warna kulit lainnya) seiring dengan pertambahan usia.

8. Milia
Tampak seperti jerawat kecil-kecil warna putih pada dahi, hidung dan pipi bayi baru lahir. Milia disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar sebasea (minyak) pada kulit. Tidak perlu pengobatan khusus, akan menghilang dengan sendirinya. Basuh wajah dengan air dan sabun bayi serta hindari penggunaan krim, lotion ataupun vaselin.

9. Miliaria atau Biang keringat
Pada masyarakat kita miliaria lebih dikenal dengan istilah biang keringat akibat tersumbatnya kelenjar keringat. Membuat bayi nyaman, memakai pakaian tipis dan ringan, dan segera mengganti bila basah umumnya cukup untuk menghilangkan miliaria, karena pada dasarnya miliaria memang bersifat sementara.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates